Rabu, 28 September 2011

Pergeseran Paradigma Bisnis (Market Place to Market Space)

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, banyak hal yang mengalami perubahan makna dan pergeseran paradigma, begitupun dalam bisnis. Implementasi e-business menuntut pergeseran paradigma secara fundamental, dari yang semula marketplace dengan menekankan interaksi secara fisik antara penjual dan pembeli menjadi marketspace yang mengandalkan transaksi elektronik(Rayport & Sviokla, 1995). Pergeseran ini ditandai dengan perbahan dari geographic business model (location-based) menjadi global business model(virtual marketspace). Marketspace merupakan kembaran digitalnya marketplace fisik, di mana rantai nilai virtual dan logistik virtual dibutuhkan untuk menyalurkan barang dan gagasan intingible dalam jaringan data, namun dengan dukungan minim lingkungan fisik.

Dalam traditional marketplace, lalu lintas informasi, produk/jasa, dan pembayaran bersifat fisik (location-based). Dengan kata lain, model bisnis yang berlaku adalah geographic business model. Sebaliknya, dalam dunia virtual marketspace, aliran informasi produk, proses komunikasi antara produsen dan konsumen, distribusi produk/jasa dan transaksi berlangsung dalam dunia maya/virtual. Dalam dunia virtual, batas-batas geografis sudah tidak lagi relevan karena model bisnisnya adalah global business model. Setiap orang yang memiliki akses ke Internet dapat mengambil bagian dalam model bisnis mutakhir ini, misalnya dengan melakukan browsing di Internet untuk mencari informasi mengenai produk, produsen, dan harga, men-download perangkat lunak atau data tertentu, mengirim e-mail kepada produsen, melakukan chatting dengan konsumen lain, melakukan transaksi pembayaran dengan beraneka fasilitas mutakhir (seperti kartu kredit, smart card, Internet interface maupun automatic ordering), dan sebagainya.
Secara garis besar, kemajuan teknologi Internet yang disertai dengan berkembangnya bermacam-macam titik akses (access points) seperti World Wide Web (WWW) membawa tiga implikasi utama :

  1. percepatan globalisasi industri;

  2. multidimensional proses penciptaan nilai(value-addition process); dan

  3. tingkat hambatan masuk industri


  • Percepatan Globalisasi Industri

  • Akses ke WWW membuka peluang bagi setiap perusahaan untuk memasuki pasar global. Perkembangan infrastruktur jaringan intra dan inter-korporasi memudahkan perusahaan untuk melakukan 'co-R&D dan co-marketing' di berbagai kawasan geografis dan zone waktu berbeda di seluruh penjuru dunia secara simultan. Era R&D (research and development) dan pemasaran global 24 jam melalui jaringan aliansi strategik yang kompleks kini telah menjadi kenyataan.
  • Multidimensional Proses Penciptaan Nilai

  • Pada prinsipnya, WWW dan jaringan sejenis lainnya bukan sekedar infrastruktur, namun sekaligus juga pasar. Dalam market space, nilai(value diciptakan melalui manajemen 3C: Content, Context, dan Carrier (infrastructure), yang berlaku untuk level individual , bisnis, maupun struktur industri. Content mencakup produk fisik yang diperluas dengan jasa informasi dan informasi itu sendiri. Context berupa saluran berupa saluran elektronik atau outline produk/jasa. Carrier merupakan operator infrastruktur elektronik yang digunakan. WWW memungkinkan setiap individu di manapun untuk mengakses atau berpartisipasi dalam suatu jaringan tertentu. Implikasinya, proses penciptaan nilai melalui pemanfaatan jaringan Internet bisa bersifat multidimensional. Internet memfasilitasi perkembangan dan efektivitas value constellations (penciptaan nilai melalui berbagai sumber interaktif dan synchronous dalam lingkungan elektronik.
  • Tingkat Hambatan Masuk Industri.

  • Infrastruktur informasi berdampak signifikan pada tingkat hambatan masuk industri.Di satu sisi, dalam kasus tertentu akses ke infrastruktur informasi menghadirkan peluang bisnis global yang bahkan sebelumnya menghadirkan peluang bisnis global yang bahkan sebelumnya tidak terbayangkan, misalnya bisnis portal, e-book, dan virtual stores.
    Akan tetapi, di sisi lain, dalam beberapa industri jasa berbasis informasi yang sifatnya industry-specific justru bisa menciptakan hambatan masuk yang signifikan.
    Contohnya, sistem distribusi global dalam industri penerbangan dan biro perjalanan wisata telah menciptakan infrastruktur informasi sedemikian canggihnya sehingga setiap pelaku bisnis baru maupun yang sudah ada harus mendapatkan akses ke dalamnya agar bisa berpartisipasi dalam industri bersangkutan.

Di sisi lain, Internet mengubah cara organisasi merancang, memproses, memproduksi, memasarkan, mengomunikasikan, dan menyampaikan produk dan jasanya. Lingkup persaingan global juga menuntut integrasi dan koordinasi antara departemen sistem informasi, pemasaran, layanan pelanggan, dan departemen - departemen lainnya dalam organisasi.
Secara lebih rinci, Kiani (dikutip dalam Turban, et al., 2000)
mengidentifikasi 10 pergeseran dari marketplace menjadi marketspace, yaitu :
(1) dari pemasaran dan periklanan masal menjadi pemasaran dan periklanan interaktif(one-to-one)
(2) dari produksi massa menjadi mass kustomisasi
(3) komunikasi monolog menjadi dialog
(4) dari katalog kertas menjadi katalog elektronik
(5) dari model komunikasi one-to-many menjadi many-to-many
(6) dari supply-side thinking menjadi demand-side thinking
(7) dari pelanggan sebagai target menjadi pelanggan sebagai mitra
(8) dari segemntasi menjadi komunitas
(9) dari produk dan jasa fisik menjadi produk dan jasa digital
(10) dari intermediasi menjadi disintermediasi dan intermediasi baru.

*sumber e-business Anastasia Diana & Fandy Tjitono